Sasha menghempaskan tubuhnya di kursi reyot yang berada di teras rumahnya. Hasil ladang kali ini tak begitu baik, kemarau yang lebih panjang dari biasanya mengakibatkan tanaman stroberi yang dibudidayakan olehnya enggan berbuah.
Sasha hanya tinggal berdua bersama sang Ibu. Ayah Sasha pergi melaut dan sudah bertahun-tahun tak pulang tanpa kabar berita. Ayahnya mungkin sekarang sudah kaya raya di negeri antah berantah sehingga malas pulang, atau mungkin Ayah sudah lama tenggelam di laut lepas bersama kapal dan nelayan lainnya. Ah, Sasha sudah bosan menerka-nerka nasib Ayahnya.
Di tengah lamunan, Sasha dikejutkan dengan kedatangan serdadu kerajaan. Tumben benar serdadu kerajaan menginjakkan kaki di desa Sasha, pasti ada sesuatu yang penting, gumamnya dalam hati. Serdadu kerajaan menuju alun-alun di pusat desa untuk memberikan pengumuman. Segera Sasha memanggil ibunya untuk ikut bersama mendengarkan pengumuman kerajaan.
Setiap rumah di desa Kemeroid wajib memelihara seekor hewan ternak dan seekor binatang peliharaan. Bibit ternak dan peliharaan akan dibagikan oleh serdadu kerajaan. Ternak dan peliharaan tersebut adalah milik kerajaan, penduduk hanya merawat dan memeliharanya dengan baik. Anak-anak dari setiap keluarga bertanggung jawab dalam mengurusi hewan-hewan tersebut.
Begitu isi pesan kerajaan yang ditempel di papan informasi desa Kemeroid.
Serdadu kerajaan kemudian membagi-bagikan bibit ternak dan peliharaan kepada tiap-tiap kepala keluarga dengan cara memanggil mereka satu persatu, untuk kemudian diundi jenis hewan yang akan mereka pelihara.
Ibunda Sasha, Madeline, maju ke depan untuk mengambil undian dengan cara mengambil bola bertuliskan nama hewan di dalam sebuah tabung berwarna keemasan untuk hewan ternak, dan periuk berwarna kelabu untuk hewan peliharaan.
Madeline meraih satu bola dari masing-masing tempat, kemudian membacakannya dengan lantang di hadapan serdadu kerajaan dan penduduk desa lainnya. Sepasang kambing perah dan sepasang hamster menjadi tanggung jawab Madeline dan Sasha untuk dipelihara. Serdadu kerajaan menyerahkan dua ekor bibit unggul kambing perah dengan rambut yang halus dan mengkilap kepada Madeline. Sasha menerima sepasang hamster gendut berwarna oranye keemasan yang tak henti-hentinya memakan biji bunga matahari di dalam kandang, hal itu membuat Sasha tak kuasa menahan tawa melihat kelakuan sepasang hamster yang kelak dirawatnya.
Simone, tetangga Sasha, mendapatkan ayam petelur dan kucing siam. Sementara Javinta, putri kepala desa, memelihara sapi brahman dan burung kakatua.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan berlalu. Sasha tidak lagi ke ladang stroberi. Madeline sendirian yang mengurusinya, dan Sasha lebih fokus dengan hewan-hewan peliharaannya. Pembagian pekerjaan ini berbuah sangat baik. Sepasang hamster peliharaan Shasa berkembang biak dengan baik karena Shasa merawatnya dengan penuh perhatian. Jumlahnya kini mencapai belasan ekor. Sementara kambing perah Sasha juga menghasilkan susu kambing dengan kualitas prima. Selain itu, Sasha juga memelihara sepasang kelinci hutan jinak yang ia temukan sedang bermain-main di halaman belakang rumahnya.
Lain halnya dengan hewan-hewan yang diurusi Javinta. Karena Javinta terlalu sibuk bermain dengan teman-temannya, sepasang sapi brahman yang menjadi tanggung jawabnya terabaikan. Tubuh mereka kurus sekali, hingga terlihat tulang-tulang iga, padahal sapi brahman merupakan jenis sapi potong terbaik untuk dibudidayakan. Burung kakatua Javinta sendiri sudah terbang entah ke mana, karena Javinta lupa menutup kandang burung kakatuanya sesaat setelah Javinta mengganti air minum bagi burungnya.
Lalu Simone, orangtuanya memaksa Simone untuk terus membantu mereka di ladang. Ayam petelurnya mati karena lalai diberi makan. Kucing milik Simone juga sudah dikenal warga kampung sebagai kucing yang kasar dan suka menggigit dan mencakar warga desa.
Sasha sebenarnya sedih melihat hal itu, tapi apa mau dikata, dia bukanlah siapa-siapa. Seharusnya, orang yang berhak menegur mereka adalah orangtua masing-masing, namun orangtua mereka seperti tak peduli dan lebih memilih untuk bekerja dan memikirkan hasil ladang. Sasha memilih diam, cara yang aman untuk menjaga keseimbangan status quo.
Kondisi seperti itu akhirnya diketahui juga oleh kerajaan, maka kerajaan mengirimkan serdadu-serdadunya ke desa Kemeroid untuk sebuah misi.
Desa Kemeroid telah gagal dalam mengurus ternak dan peliharaan. Oleh karena itu SEMUA hewan yang diternakkan maupun dipelihara, esok HARUS dimusnahkan tanpa terkecuali.
Sasha mengatupkan kedua telapak tangannya di mulut, matanya terbelalak saat membaca pengumuman yang ditempel di papan informasi desa. Ia segera berlari ke rumah dengan berlari sambil menahan airmata agar tidak tumpah. Madeline rupanya sudah tahu akan pengumuman itu, dirinya duduk menunggu Sasha di teras rumahnya.
“Ini tidak adil!” geram Sasha, “mengapa hanya karena Simone dan Javinta dan juga anak-anak lain lalai mengurusi hewan-hewan, maka hewan-hewanku juga terkena imbasnya?!”
“Itu sudah merupakan keputusan kerajaan, Sha,” ujar Madeline sambil mengusap pelan rambut Sasha yang kini sedang menangis tersedu di pangkuannya, “kita ini hanya rakyat jelata, tak mampu melawan kehendak kerajaan.”
“Tapi, Bu, Sasha membesarkan, merawat, memelihara, memberi makan, mengajak mereka bermain, hingga mereka sekarang tumbuh sehat dan beranak pinak, Bu.”
“Ibu tahu kamu kecewa. Ibu tahu pengumuman ini akan datang, sudah pernah dibahas pada rapat desa bulan lalu.”
“Jadi, Sasha harus tetap menyerahkan hewan-hewan lucu itu untuk dibantai para serdadu kerajaan, Bu?”
Madeline tidak menjawab, ia memeluk Sasha erat.
Esoknya, pembantaian dilakukan. Semua ternak dan peliharaan warga desa Kemeroid, termasuk sepasang kelinci hutan milik Sasha, dimasukkan ke dalam sebuah kamar gas, untuk kemudian dibunuh dengan gas beracun.
Ringkikan, lolongan, lenguhan, rintihan, segala suara-suara yang ditimbulkan oleh hewan-hewan sekarat itu membuat suasana desa mencekam.
Simone dan Javinta terlihat tak peduli saat ternak dan peliharaan mereka dimasukkan ke kamar gas. Sementara Sasha berulang kali menyeka airmatanya yang meleleh tanpa henti. Sasha menangis dalam diam. Pikirannya penuh tanya, mengapa semua hewan itu harus dimusnahkan? Mengapa kerajaan tidak mengedukasi warganya agar bisa mengurusi hewan dengan baik? Mengapa hewan-hewan miliknya yang sehat dan prima tidak dikecualikan? Dan banyak ribuan “mengapa” di kepala Sasha.
Sasha, korban dari sebuah sistem di desa Kermedio.